ApaBentuk Mobilitas Sosial Yang Terjadi Pada Kasus 1 Kasus 2 Dan Kasus 3 Brainly Co Id . 1 Ketimpangan Sosial Yang Terjadi Di Masyarakat Dapat Dipengaruhi Oleh Faktor Kesehatan . Mobilitas Sosial 1 Pengertian Mobilitas Sosial Semua Orang . 30 Contoh Mobilitas Sosial Vartikal Dan Horizontal Di Lingkungan Masyarakat Dosensosiologi Com
Verifikasijawaban pada pertanyaan Mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Penyebab terjadinya mobilitas sosial karena adanya perbedaan sumber kehidupan masyarakat, akibatnya? melalui sumber buku, artikel, jurnal, dan blog yang ada di internet.
Secarasosiologis, perubahan revolusi biasanya berkaitan dengan perubahan unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga sosial dalam suatu rlingkungan masyarakat. Perubahan revolusi bisa direncanakan atau tidak, pemicu dari perubahan ini biasanya adalah konflik atau ketegangan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
Konsekuensimobilitas sosial vertikal keatas dapat berdampak positif maupun negatif. Pada masyarakat terbuka (demokrasi), mobilitas memungkinkan orang dapat mencapai jenjang yang lebih tinggi. Hal itu dapat terjadi melalui persaingan. Jika status sosial tertentu dapat tercapai dalam persaingan, terjadilah mobilitas sosial keatas.
Bagaimanakahbentuk konsekuensi mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat? Please jawab ka Question from @Jacinda01 - Sekolah Menengah Pertama - Ips
Bagaimanakahbentuk konsekuensi mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat? Please jawab ka.. Iklan Jawaban 3.9 /5 44 sellatrihajijatjg03 Berupa proses sosial yang disosiatif, misalnya konflik. Konflik sebagai konsekuensi dari mobilitas dari monilitas sosial dapat berupa konflik antarkelas, antarkelompok sosial, atau antargenerasi. tak betul pun
Berikutjawaban yang paling benar dari pertanyaan: Salah satu konsekuensi masyarakat yang menganut stratifikasi sosial terbuka yaitu mudahnya para anggota masyarakat untuk mencapai status sosial tertinggi dalam hidupnya. Namun demikian kemudahan melakukan mobilitas sosial tersebut berdampak munculnya konflik sosial di masyarakat yang disebabkan oleh
Terdapattiga bentuk mobilitas sosial, yaitu mobilitas fisik, mobilitas horizontal, dan mobilitas vertikal. Mobilitas Fisik Mobilitas fisik merupakan mobilitas yang memberikan kesempatan untuk berpindah tempat dalam hubungannya dengan alat-alat transportasi dan lalu lintas modern, sehingga memudahkan anggota masyarakat untuk pergi dari suatu
sosialdalam penghambatberbeda terhadap tentang kehidupan sosial dan budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan. Mobilitas Sosial a. Pengertian mobilitas sosial b. Bentuk-bentuk mobilitas sosial Faktor-faktor pendorong dan mobilitas sosial d. Saluran-saluran mobilitas sosial e. Dampak mobilitas sosial 4.2.1 Keterampilan
Terjadinyamobilitas sosial masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan kolonial Belanda disebabkan oleh berkembangnya? Urbanisasi masyarakat dari desa ke kota Usaha perdagangan rakyat dari satu daerah ke daerah lainnya. Perkebunan-perkebunan besar membutuhkan tenaga kerja Keinginan rakyat untuk mencari daerah-daerah baru Upaya peningkatan kesejahteraan rakyat Jawaban: C. Perkebunan-perkebunan
9uUl. Oleh Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi - Mobilitas sosial berasal dari bahasa Latin, mobilis yang artinya mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mobilitas yaotu gerak atau perpindaan. Pada konsep stratifikasi sosial, mobilitas berarti gerak yang menghasilkan perpindahan tempat. Sehingga, pengertian moilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok dari lapisan strata sosial yang satu ke lapisan yang lain. Selain konsep mobilitas sosial, dikenal juga mobilitas geografik, yaitu berpindahnya seseorang dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Misalnya, transmigrasi, urbanisasi, imigrasi, dan emigrasi. Baca juga Manusia sebagai Makhluk Sosial Jenis-jenis mobilitas sosial Jenis-jenis mobilitas sosial terbagi menjadi empat, yakni mobilitas vertikal, mobilitas horizontal, mobilitas intragenerasi, dan mobilitas antargenerasi. Berikut penjelasannya masing-masing Mobilitas vertikal Mobilitas vertikal adalah perpindahan posisi dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang tidak sederajat. Terdapat beberapa bentuk mobilitas vertikal, yaitu Mobilitas vertikal naik social climbing Mobilitas vertikal naik memiliki dua bentuk utama, sebagai berikut Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Kedudukan tersebut telah tersedia. Misalnya, seorang karyawan yang menjabat sebagai staf diangkat menjadi manajer perusahaan. Pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu membentuk kelompok tersebut. Misalnya, pada waktu pembentukan dewan pengurus koperasi melalui rapat anggota. Mobilitas vertikal turun social sinking Mobilitas vertikal turun memiliki dua bentuk utama, yaitu Turunnya kedudukan individu dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah derajatnya. Misalnya, seorang direktur yang dipecat dari jabatannya. Turunnya derajat suatu kelompok yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan. Misalnya, terdapat kelompok karang taruna yang dibentuk sebagai wadah dan aspirasi potensi pemuda. Setelah berjalan, banyak hambatan yang terjadi pada karang taruna, sehingga organisasi tersebut tidak aktif kembali. Baca juga Ciri-ciri Terjadinya Perubahan Sosial Mobilitas horizontal Mobilitas horizontal merupakan perpindahan posisi dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Contohnya dahulu listrik hanya dinikmati oleh masyarakat perkotaan, sekarang telah menjangkau dan dinikmati masyarakat pedesaan. Mobilitas intragenerasi Mobilitas intragenerasi merupakan mobilitas vertikal yang terjadi dalam diri seseorang. Dalam tipe mobilitas ini terjadi mobilitas yang naik dan turun. Oleh karena itu, mobilitas tipe ini dapat terjadi dalam dua bentuk Mobilitas intragenerasi naik, misalnya pangkat seorang pegawai negeri sipil dari golongan IVA ke golongan IVB. Mobilitas intragenerasi turun, seperti seorang manajer yang diturunkan jabatannya menjadi staf karyawan karena ia melakukan kesalahan. Mobilitas antargenerasi Mobilitas antargenerasi merupakan mobilitas vertikal yang tidak terjadi dalam diri seseorang, tetapi terjadi dalam dua generasi. Mobilitas tipe ini dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu Mobilitas antargenerasi naik, misalnya seorang anak menjadi seorang dokter, sementara ayahnya dahulu hanya seorang petani. Mobilitas antargenerasi turun, misalnya seorang anak menjadi karyawan biasa, sementara ayahnya dahulu merupakan seorang pengusaha yang memiliki banyak karyawan. Baca juga Kondisi Sosial Negara Malaysia Faktor terjadinya mobilitas sosial Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mobilitas sosial, antara lain Status sosial Ketika seseorang dilahirkan ke dunia ini, ia tidak dapat memilih keluarga seperti apa yang akan mengurusnya. Ia akan memiliki status sosial sebagaimana kedua orang tuanya. Sejalan dengan berjalannya waktu, ia akan mulai dapat menilai status sosialnya dalam masyarakat. Jika ia berada pada status sosial yang rendah, tetapi ia memiliki kemampuan untuk menaikkan statusnya, status sosialnya akan terangkat. Misalnya, anak seorang nelayan menjadi seorang pengusaha kapal. Keadaan ekonomi Keadaan ekonomi yang buruk, seperti kurangnya lapangan pekerjaan dan adanya bencana yang membuat hasil panen gagal, dapat mendorong seseorang bekerja keras untuk lebih berhasil atau malah membuat seseorang menjadi lebih terpuruk. Misalnya, seorang karyawan baru saja dikeluarkan dari pekerjaannya, kemudian ia mengalami kesusahan dalam memperoleh pekerjaan baru, sehingga mengalami mobilitas vertikal turun. Berangkat dari kegagalannya tersebut, ia bertekad untuk berwiraswasta dan berhasil. Dari kejadian itu ia mengalami mobilitas vertikal naik. Situasi politik Situasi politik akan memengaruhi kondisi penduduk yang tinggal di dalamnya. Situasi politik yang damai akan mendukung masyarakatnya dalam berusaha dan memungkinkan penduduknya mengalami mobilitas vertikal naik. Adapun jika situasi politik kacau, dapat membuat banyak penduduk mengungsi dari kampung halamannya dan membuat mereka mengalami mobilitas vertikal turun. Baca juga Ruang Lingkup Geografi Fisik, Regional, dan Sosial Jumlah penduduk Pengendalian jumlah penduduk dapat membuat kesempatan masyarakat menaikkan status dari yang rendah ke yang tinggi lebih besar. Keinginan melihat daerah lain Terdapat beberapa suku bangsa yang memiliki kecenderungan untuk mengembara dan melihat daerah lain. Biasanya, mereka memiliki kemampuan untuk bertahan hidup yang tinggi, yang akan membantu mereka bekerja lebih keras. Pada akhirnya, apa yang mereka lakukan dapat membuat mereka mengalami mobilitas vertikal naik dan meningkatkan status sosialnya. Faktor pendorong dan penghambat Terdapat faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial, sebagai berikut Faktor pendorong mobilitas sosial Faktor-faktor pendorong mobilitas sosial, yaitu Ekspansi teritorial Pembagian kerja Kebebasan berkomunikasi Tingkat fertilitas Kemudahan mencari pekerjaan Kemudahan akses pendidikan Faktor penghambat mobilitas sosial Faktor-faktor penghambat mobilitas sosial, yakni Tingkat pendidikan yang rendah Pengaruh sosialisasi yang kuat Diskriminasi kelas Perbedaan jenis kelamin Kemiskinan Perbedaan ras Baca juga Contoh Teori Kognitif Sosial Dampak mobilitas sosial Terdapat dampak positif dan negatif adanya mobilitas sosial, berikut penjelasannya Dampak positif Beberapa dampak positif mobilitas sosial, di antaranya Mendorong seseorang untuk lebih maju Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik Meningkatkan integrasi sosial Dampak negatif Beberapa dampak negatif mobilitas sosial, seperti Konflik, terdiri atas konflik antarkelas, konflik antarkelompok, dan konflik antargenerasi. Penyesuaian Kembali Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Konsekuensi Mobilitas Sosial Konsekuensi mobilitas sosial. Mobilitas sosial yang dilakukan oleh masyarakat, baik vertikal maupun horizontal dapat memberikan konsekuensi-konsekuensi, baik positif maupun negatif terhadap kehidupan sosial. Di samping itu juga memberikan konsekuensi, baik bagi orang yang mengalami mobilitas itu sendiri maupun bagi seluruh anggota masyarakat. a. Konsekuensi Positif Mobilitas Sosial Ada beberapa konsekuensi positif yang muncul sebagai akibat adanya mobilitas sosial dalam masyarakat, di antaranya adalah sebagai berikut. 1 Individu atau kelompok akan berusaha untuk mewujudkan harapan atau cita-citanya. Hal ini karena adanya kesempatan terbuka untuk pindah dari lapisan bawah ke lapisan atas. 2 Tidak tertutup kemungkinan bagi warga kelas sosial tertentu akan lebih maju daripada warga kelas sosial di atasnya. 3 Individu atau kelompok dapat merasakan kepuasan apabila dapat mencapai kedudukan yang diinginkannya atau dapat meningkatkan kedudukan sosialnya dalam masyarakat. 4 Memberikan dorongan atau rangsangan kepada warga masyarakat, individu, maupun kelompok untuk bekerja perubahan sosial akan lambat terjadi. 5 Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Mobilitas sosial mendorong masyarakat untuk mengalami perubahan sosial ke arah yang diinginkan. Sebaliknya, jika masyarakat statis dan tidak banyak bergerak, maka perubahan sosial akan lambat terjadi. b. Konsekuensi Negatif Mobilitas Sosial Sementara itu, beberapa konsekuensi negatif yang seringkali muncul mengiringi mobilitas sosial, di antaranya adalah urbanisasi, munculnya kawasan kumuh, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, dan konflik. 1 Urbanisasi sebagai konsekuensi negatif mobilitas sosial Kamu tentu tidak asing lagi mendengar istilah urbanisasi. Apakah urbanisasi itu? Mengapa terjadi urbanisasi? Terjadinya urbanisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari pedesaan atau daerah asal maupun dari kota atau daerah tujuan. Faktor dari pedesaan disebut faktor pendorong, sedangkan faktor dari perkotaan disebut dengan faktor penarik. Secara umum, kita tahu bahwa yang dimaksud dengan urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Namun demikian, sebenarnya pengertian urbanisasi itu mengandung arti bermacam-macam, antara lain seperti dikemukakan Schoorberikut ini. a Arus pindah ke kota. b Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja nonagraris di sektor industri dan sektor tekstil. c Tumbuhnya pemukiman menjadi kota. d Meluasnya pengaruh kota di daerah pedesaan yang memengaruhi segi ekonomi, sosial budaya, dan psikologi. Dari pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa hal yang penting dari urbanisasi adalah sebagai berikut. a Urbanisasi merupakan proses perkotaan dalam bentuk fisik dan nonfisik. 1 Nonfisik, yaitu perubahan gaya hidup dan perilaku yang berciri ketaatan. 2 Fisik, yaitu perkembangan wilayah atau fisik kota, di mana banyak didirikan bangunan atau gedung-gedung bertingkat. b Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Urbanisasi atau mengalirnya penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan disebabkan adanya perbedaan tingkat kehidupan antara kedua daerah tersebut, di mana terjadi perbedaan dalam tingkat sosial, ekonomi, dan politik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anggota masyarakat melakukan urbanisasi. Faktor-faktor tersebut digolongkan sebagai faktor pendorong dan faktor penarik urbanisasi. a Faktor Pendorong Push Factor Urbanisasi Kondisi pedesaan yang mendorong anggota masyarakatnya melakukan urbanisasi antara lain sebagai berikut. 1 Lapangan pekerjaan di desa umumnya kurang atau terbatas. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia dan daya dukung desa tersebut. 2 Penduduk desa, terutama kaum muda merasa tertekan oleh adat istiadat yang ketat yang mengakibatkan cara hidup yang statis dan monoton. Pandangan ini berbeda dengan kaum tua, yang mempunyai keyakinan bahwa melaksanakan adat yang menjadi warisan leluhur merupakan kepuasan, kewajiban, dan kebutuhan. 3 Kesempatan untuk menambah pengetahuan di desa tidak banyak, sehingga mereka yang mempunyai keinginan kuat untuk menimba ilmu pengetahuan terpaksa meninggalkan desanya menuju ke kota. 4 Di desa, sarana rekreasi sangat kurang. 5 Penduduk desa yang mempunyai keahlian selain bertani sangat sulit mengembangkan potensinya. b Faktor Penarik Pull Factor Urbanisasi Kondisi atau keadaan perkotaan yang menarik masyarakat desa melakukan urbanisasi antara lain sebagai berikut. 1 Penduduk desa umumnya beranggapan bahwa di kota banyak pekerjaan, sehingga mereka dapat menambah penghasilan atau dengan kata lain di kota mereka akan dapat meningkatkan taraf hidupnya. 2 Kota lebih banyak memberikan kesempatan yang memungkinkan mereka mendirikan perusahaan, industri, atau usaha-usaha lainnya. 3 Berbagai kursus atau pendidikan banyak terdapat di kota. 4 Kota dianggap sebagai tempat yang tepat untuk mengembangkan diri, sehingga bidang usaha yang dijalankan dapat berkembang dengan cepat. 5 Kelebihan modal di kota lebih banyak daripada di desa. 2 Munculnya Kawasan Kumuh Slum Area sebagai konsekuensi negatif mobilitas sosial Sebagai akibat dari urbanisasi, penduduk desa yang berstatus sebagai urban atau pendatang, tidak sedikit yang mendirikan pemukiman kumuh sebagai rumah mereka di tempat-tempat yang tidak layak huni, seperti di pinggir rel kereta api, bantaran sungai, di sekitar tempat pembuangan sampah akhir, atau di kolong-kolong jembatan. Hal ini menjadi beban kota yang cukup pelik, karena biasanya orang-orang yang tinggal di wilayah ini menganggap bahwa pemukiman mereka ini permanen dan milik mereka, padahal mereka dianggap sebagai penduduk yang ilegal, baik itu secara administratif maupun secara kepemilikan tanah. 3 Banyaknya pengangguran sebagai konsekuensi negatif mobilitas sosial Pengangguran muncul sebagai akibat tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dengan lapangan kerja yang tersedia. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sangat sedikit, sedangkan orang yang membutuhkan kerja cukup banyak. Meskipun telah terjadi mobilitas sosial yang bersifat vertikal, tidak akan menjamin seorang sarjana dapat langsung bekerja sesuai dengan kualifikasi ijazah yang dimilikinya. Di masyarakat, kita mengenal dua bentuk pengangguran, yaitu pengangguran tersamar dan pengangguran sesungguhnya. a Pengangguran tersamar disguissed unemployment adalah pekerja yang tidak bekerja sepenuhnya, sehingga menghasilkan produktivitas rendah. Orang yang ada dalam golongan ini sebenarnya memiliki pekerjaan umum, namun dengan pekerjaan yang ia miliki tersebut tidak dijalankan dengan efektif sehingga produktivitasnya menjadi rendah. b Pengangguran yang sesungguhnya adalah pengangguran yang terjadi karena usia lanjut atau tidak mampu lagi bekerja, tidak memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kecakapannya, atau tidak bekerja sama sekali karena pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan pendidikan yang dimilikinya, dan sebagainya. Orang yang ada dalam golongan ini benar-benar tidak memiliki pekerjaan atau sudah tidak mampu lagi bekerja karena usia atau kondisi kesehatan. Contohnya pensiunan pegawai, orang yang memiliki penyakit menahun, dan tidak adanya peluang kerja yang mampu menampung angkatan kerja. Di Indonesia, pengangguran merupakan masalah nasional, yang dari tahun ke tahun jumlahnya selalu bertambah. Hal ini disebabkan lapangan kerja yang tersedia tidak mampu menampung para pencari kerja yang jumlahnya sangat banyak. Pengangguran terbanyak terjadi di Pulau Jawa, karena pulau itu yang paling padat penduduknya. 4 Kemiskinan sebagai konsekuensi negatif mobilitas sosial Kemiskinan merupakan permasalahan dasar dan menjadi kenyataan pahit dalam masyarakat. Kemiskinan dipandang sebagai bagian dari keseluruhan proses ekonomi dan teknologi yang sangat memengaruhi hubungan antarmanusia. Bagi hampir semua manusia di dunia ini, kemiskinan merupakan keadaan yang paling buruk dan sangat ditakuti oleh semua orang. Banyak jalan yang mereka tempuh untuk keluar dari kemiskinan. Kemiskinan masih akan menjadi lebih buruk lagi apabila dipandang sebagai kumpulan dari rendahnya ekonomi dan buruknya nilai moral. Miskin di sini dihubungkan dengan kehidupan ekonomi yaitu pendapatan perorangan atau pendapatan masyarakat dalam tingkatan rendah Ukuran kemiskinan yang terdapat di negara berkembang adalah taraf kehidupan yang tidak normal menurut target kesejahteraan suatu negara menurut ketentuan. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Adapun standar yang digunakan PBB untuk meng-klasifikasikan suatu negara termasuk dalam negara miskin antara lain sebagai berikut. a Pendapatan atau penghasilan penduduk rendah. b Perumahan yang tidak memadai. c Mata pencaharian agraris dengan menggunakan teknologi tradisional. d Kesehatan penduduk yang rendah. e Angka kematian yang tinggi. f Pendidikan yang rendah. 5 Perilaku kriminal kriminalitas sebagai konsekuensi negatif mobilitas sosial Bentuk dari kompensasi orang-orang yang telah sibuk mencari pekerjaan sedangkan lapangan kerja yang ditawarkan tidak sesuai dengan keinginan para pencari kerja, atau karena dorongan ekonomi yang sangat mendesak mengakibatkan lahirnya perilaku kriminal yang saat ini semakin kompleks dan dengan modus operandi yang semakin bertambah variasinya. Beberapa contoh perilaku kriminal yang ada di masyarakat adalah pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, penodongan, perampokan, dan penganiayaan. Kriminalitas menurut aspek sosial adalah seseorang yang mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri, atau berbuat menyimpang dari norma-norma yang berlaku dengan sadar, sehingga perbuatannya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat yang bersangkutan. Sumber kejahatan bukan hanya berasal dari dalam manusia itu sendiri, melainkan juga karena tekanan dari luar, serta adanya kesempatan untuk melakukan perbuatan tersebut. Oleh karena itu, kita mengalami kesulitan untuk menggali akar-akar yang melahirkan kejahatan tersebut. Namun demikian, kita dapat menduga adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya kejahatan, yaitu sebagai berikut. a Pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat b Sifat serakah manusia untuk memiliki barang-barang atau memenuhi kebutuhan akan benda-benda yang terkesan mewah. c Pengaruh dari lingkungan fisik atau sosial. d Keadaan yang serba kurang akan kebutuhan hidup. e Pengaruh dari luar individu, baik berupa ajakan, tekanan, atau ancaman. f Lemahnya ikatan-ikatan moral dan keagamaan. g Terjadinya mobilitas sosial yang ada dalam masyarakat. h Pengangguran. i Adanya ketimpangan-ketimpangan sosial. j Gangguan psikologis dari pelaku kejahatan atau kriminal. 6 Terjadi Konflik atau Benturan antara Berbagai Nilai dan Kepentingan Tertentu Adanya persaingan yang ketat dalam mobilitas sosial memungkinkan terjadinya sebuah pertentangan di antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Hal itu karena sumber daya alam yang tersedia sangat terbatas dan tidak dapat menampung semua sumber daya manusia yang ada, sehingga tidak jarang untuk memperebutkan satu kedudukan tertentu, orang akan menggunakan kekerasan untuk mendapatkannya. Demikian artikel kami tentang konsekuensi mobilitas sosial yang terdiri dari konsekuensi positif dan negatif. Semoga informasi dari kami terkait konsekuensi mobilitas sosial yang terdiri dari konsekuensi positif dan negatif bermanfaat.